Kesenian Daerah Suku Bugis dan Sejarahnya

Kesenian daerah suku bugis – Suku bugis adalah suku yang berasal dari pulau Sulawesi. Untuk sekarang, suku ini tidak hanya ada di pulau Sulawesi. Melainkan, bisa kita jumpai di seluruh Indonesia. Bahkan, kesenian daerah suku bugis itu sendiri.

Asal Usul Suku Bugis

Asal-usul Suku Bugis

Suku Bugis ini tergolong dalam ras Deutro Melayu atau Melayu Muda, yakni populasi yang melakukan migrasi pada gelombang ke-2 dari daratan Dongson di Vietnam Utara.

Populasi ini masuk Nusantara melalui Asia Selatan pada Masa Logam sekitaran 3.000 sampai 1.200 Saat sebelum Masehi.

Lalu, mengapa mereka diberi nama suku Bugis? Menurut manuskrip Sure’ Galigo, Bugis datang dari kata To Ugi. To Ugi ini mengarah pada raja pertama di Pammana, Wajo, yang memiliki nama La Sattumpugi.

To Ugi memiliki arti penganut Raja La Sattumpugi. Tidak hanya itu, kerajaannya juga makin mengalami perkembangan, mulai dengan Kerajaan Bone, Makassar, Soppeng, dan Wajo.

Selain itu, menurut manuskrip Sure’ Galigo, pertama kali dihuninya negeri Bugis yakni mulai dari Dewa dari Botinglangi’ berjumpa dengan We’Nyelli timo dari Buri’liung di Tana Luwu.

Setelah itu, mereka juga mengahasilkan ratusan turunan dewa yang hidup dalam enam generasi, dan membentuk kerajaan-kerajaan yang berada di Sulawesi Selatan.

Sejarah Suku Bugis

Sejarah Suku Bugis

Kerajaan paling tua di Sulawesi Selatan ialah Kedatuan Luwu. Kerajaan ini menjadi asal dari kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi Selatan yang setelah itu menjadi kerajaan-kerajaan besar, seperti Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa. Selainnya 2 kerajaan besar itu, ada juga Kerajaan Mandar, Rappang, Sidenreng, Wajo, dan Soppeng.

Secara ekonomi, Kerajaan Luwu sangatlah kaya. Perihal ini lantaran mereka melaksanakan industri peleburan bijih besi yang kemudian dibawa ke Malangke dataran pantai tengah. Di Malangke, besi itu diolah menjadi senjata dan alat pertanian yang selanjutnya diekspor ke dataran rendah pada wilayah selatan yang menghasilkan beras.

Industri peleburan bijih besi itu membuat Kerajaan Luwu menjadi kaya. Pada abad ke-14, Luwu sudah menjadi kerajaan yang ditakuti, khususnya pada bagian selatan semenanjung barat daya dan tenggara.

Kekuasaan Luwu mulai memudar pada abad ke-16. Ini dikarenakan oleh kemampuan kerajaan agraris di selatan yang bertambah. Pada abad ke-19, Kerajaan Luwu termasuk juga negara kecil.

⇒⇒ Baca jugaContoh Seni Kebudayaan Suku Jawa

Masuknya Islam ke Suku Bugis

Islam masuk ke dalam penduduk Suku Bugis pada abad ke-17. Waktu itu tiba penyiar agama Islam yang datang dari Minangkabau. Dia diutus oleh Sultan Iskandar Muda dari Aceh untuk menebarkan agama Islam di Sulawesi.

Para penyiar agama Islam ini ialah Abdul Makmur atau Datuk ri Bandang yang sukses mengislamkan wilayah Gowa dan Tallo. Selanjutnya ada Suleiman atau Datuk Patimang yang menebarkan agama Islam di Luwu. Setelah itu yang paling akhir ialah Nurdin Ariyani atau Datuk ri Tiro yang menyeru agama Islam di Bulukumba.

Ke-3 nya memikul pekerjaan yang sulit di tengah-tengah warga Sulawesi yang kuat berpedoman adat lokal. Maka dari itu, kesuksesan ke-3 nya dipandang menakjubkan.

Periode Pemerintah Penjajahan Belanda

Pada pertengahan abad ke-17, VOC masuk ke Sulawesi Selatan. Kedatangan mereka mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Gowa. Pertempurn juga tidak bisa dielakkan dan terjadi dalam beberapa kali.

Pertarungan yang diketuai La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka didukung oleh Turtea berasal dari kerajaan kecil Makassar. Kerajaan Makassar awalnya ialah pemberontak dari Gowa. Tetapi karena kehadiran VOC, mereka kemudian menyatu.

Namun mereka kalah dalam pertarungan ini, sehingga menyebabkan sejumlah korban pada pihak Gowa dan sekutunya. Mengakibatkan, mereka harus menandatangani Kesepakatan Bongaya yang isinya sangatlah menimbulkan kerugian Kerajaan Gowa.

Sehabis kekalahan ini, tidak ada perlawanan bermakna terhadap Belanda. Sampai pada akhirnya pada tahun 1905 – 1906 terjadi perlawanan kepada Belanda oleh Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawol Karaeng Segeri Arumpone.

Tetapi, kembali lagi perlawanan ini sukses dipadamkan Belanda. Kemudian warga Bugis dan Makassar betul-betul dikalahkan oleh Belanda. Kerajaan-kerajaan tak lagi berdaulat, mereka masih tetap ada hanya sebagai ekstensi tangan dari kekuasaan penjajahan Belanda.

Rumah Adat Suku Bugis

kesenian daerah Suku Bugis

Rumah bugis mempunyai ciri khas khusus, dibanding dengan rumah panggung dari suku lainnya (Sumatera dan Kalimantan). Biasanya memiliki bentuk memanjang ke belakang, dengan tambahan disamping bangunan utama dan bagian depan. Bagi orang bugis menyebutnya dengan lego.

Keunikan bentuk rumah mereka juga menggambarkan kesenian daerah bugis yang begitu ramah dan unik.

Bagian Utama Rumah Bugis

  • Tiang utama (alliri). Umumnya terbagi dalam 4 batang pada setiap barisnya. Banyaknya tergantung jumlah ruang yang hendak dibikin. Tapi pada umumnya, terbagi dalam 3 atau 4 baris alliri. Maka keseluruhannya ada 12 batang alliri.
  • Fadongko’, yakni sisi yang bertugas sebagai penghubung dari alliri setiap barisnya.
  • Fattoppo, yakni sisi yang bekerja sebagai pengait paling atas dari alliri paling tengah setiap barisnya. Dan orang bugis senang dengan arsitektur rumah yang mempunyai kolong.
  • Kabarnya, orang bugis jauh saat sebelum islam masuk ke tanah bugis ( tana ugi’), orang bugis mempunyai keyakinan jika semesta alam ini terdiri dari 3 sisi,sisi atas ( botting langi), sisi tengah ( alang tengnga ) dan sisi bawah (paratiwi ). Kemungkinan tersebut yang mengilhami orang bugis ( khususnya yang tinggal di kampung ) lebih suka dengan arsitektur rumah yang tinggi.

Bagian Dari Rumah Bugis

  • Rakkeang, merupakan bagian atas langit langit ( eternit ). Pada zaman dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
  • Ale Bola, adalah bagian tengah rumah di mana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada titik utama yang namanya pusat rumah ( posi’ bola ).
  • Awa bola, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah dengan tanah.Yang makin menarik sebetulnya dari rumah bugis ini yaitu jika rumah ini dapat berdiri bahkan juga tanpa perlu satu paku pun. Semua murni memakai kayu. Dan uniknya lagi yakni rumah ini bisa di angkat atau dipindahkan.

Kesenian Daerah Suku Bugis

1. Tari Paduppa Bosara

Tari Paduppa Bosara

Kapan tari bosara dipertunjukkan pada zaman dahulu? Tari Padupa Bosara merupakan tarian yang mengambarkan jika orang bugis kehadiran atau bisa disebut sebagai tari selamat datang dari Suku Bugis. Orang Bugis kalau kedatangan tamu senantisa menyajikan tari bosara sebagai pertanda kehormatan.

2. Tari Pakarena

Tari Pakarena

Tari Pakarena salah satu tari daerah suku bugis khas Sulawesi Selatan, Nama Pakarena sendiri diambil dari bahasa setempat, yakni karena yang maknanya main. Tarian ini sebelumnya hanya ditampilkan di istana kerajaan, tetapi pada perkembangannya tari Pakarena lebih memasyarakat di kalangan rakyat.

Tari Pakarena memberi kesan-kesan kelembutan. Hal itu menggambarkan karakter wanita yang lembut, santun, setia, patuh dan hormat pada lelaki khususnya pada suami. Sejauh Pementasan Tari Pakarena selalu disertai dengan pergerakan halus para penarinya sehingga menyusahkan bagi penduduk awam untuk melangsungkan tahap pada tarian itu.

3. Tari Ma’badong

Tari Ma'Badong

Tari Ma’badong hanya diselenggarakan pada waktu upacara kematian. Penari membuat lingkaran dengan mengaitkan jari-jari kelingking. Penarinya dapat pria atau pun wanita. Mereka umumnya mengenakan pakaian serba hitam, tetapi kadangkala menggunakan baju bebas karena tarian ini terbuka untuk umum.

Untuk tarian yang hanya diselenggarakan pada upacara kematian ini hanya dilaksanakan dengan gerakan cara yang silih bertukar sembari melangtungkan lagu kadong badong. Lagu itu syairnya berisi kisah manusia malai dari lahir sampai mati, supaya roh sang Mati diterima di negeri roh atau alam baka. Tarian Badong bisanya belansung beberapa jam, kerap berlansung semalam suntuk.

Tarian Ma’badong bisanya dibawakan hanya pada upacara penyemayaman yang lama waktunya 3 hari tiga malam khusus untuk golongan bangsawan di wilayah Tana Toraja Sulawesi Selatan.

4. Tarian Pa’gellu

Tarian Pa'gellu

Tari Pagellu sebagai salah satu tarian dari Tana Toraja yang di pentaskan dalam acara acara pesta tambu Tuka. Tarian ini dapat juga diperlihatkan untuk menyambut patriot atau pahlawan yang datang dari medan perang dengan membawa keceriaan.

5. Tari Mabbissu

Tari Mabbissu Suku Bugis

Tari Mabissu sebagai tarian bissu yang umumnya ditampilkan saat upacara tradisi. Para penarinya bissu (orang yang kebal) yang selalu mempertontokan kesaktian mereka berbentuk tarian komunitas bissu dapat kita temui di daerah pangkep sigeri sulawesi selatan.

6. Tari Kipas

Tari Kipas suku bugis

Salah satu kesenian tari daerah suku bugis adalah tari kipas. Tari kipas Sebagai tarian yang mempertunjukan kelihaian para gadis dalam memainkan kipas dengan gemulai alunan lagu.

7. Gandrang Bulo

Tari Gandrang Bulo Khas suku bugis

Gandrang Bulo sebuah pementasan musik dengan kombinasi tari dan gaya bicara. Nama Gandrang bulo sendiri diambil dari kombinasi dua suku kata, yakni gendang dan bulo, apabila digabungkan memiliki arti gendang dari bambu. Gandrang Bulo adalah pertunjukan kesenian yang mengutarakan kritik dan dibungkus berbentuk gurauan atau lelucon.

8. Kecapi

Alat Musik Kecapi

Kecapi merupakan sala satu alat musik petik tradisionil Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis. Baik itu Bugis Makassar atau Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi diketemukan atau dibuat dengan seorang pelaut hingga betuknya seperti perahu. Kecapi, umumnya dipertunjukkan sebagai musik pendamping dalam acara penjemputan para tamu pada acara pesta perkawinan, acara, bahkan juga selingan pada hari ulang tahun.

9. Gendang

Gendang Bulo

Gendang sebagai sala satu alat musik perkusi yang memiliki dua wujud dasar, yaitu bundar panjang dan bulat seperti rebana. Alat ini bisa digunakan dalam iringan tarian yang berlangsung.

10. Suling

kesenian daerah suku bugis

Suling bambu terdiri dari 3 tipe, yakni:

  • Suling Panjang (Suling Lampe) yang mempunyai lima lubang suara dan tipe suling ini sudah musnah.
  • Suling calabai (siling ponco) suling tipe ini kerap dikombinasikan dengan biola, kecapi dan dimainkan bersama vokalis.
  • Suling dupa Samping (musik bambu) musik bambu masih terawat umumnya dipakai dalam acara karnaval atau acara penjemputan tamu.

Demikian penjelasan terkait kesenian daerah suku bugis yang unik. Dukung terus gudangedukasi.com guna mendapatkan informasi dan ilmu-ilmu yang menarik lainnya.

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: